Kita mendengar, melihat dan merasakan ada begitu banyak perlakuan salah yang dialami oleh anak-anak di sekitar kita, bahkan ada begitu banyak anak-anak yang sementara menderita tetapi suara mereka tidak terdengar. Kita berpikir bahwa kekerasan dalam meng-asuh, meng-asih dan meng-asah anak-anak adalah hal yang wajar, biasa dan sudah menjadi bagian dari kehidupan yang juga secara sadar atau tidak kemudian hal itu diobservasi oleh anak-anak dan mereka terima sebagai warisan turun-temurun.
Perlakuan salah tersebut tentunya akan menimbulkan dampak yang luar biasa dalam masa tumbuh kembang anak, baik untuk jangka pendek maupun jangka panjang. Dampak jangka pendeknya adalah anak-anak merasakan penderitaan secara fisik dan psikis bahkan sampai pada kematian.
Sedangkan penderitaan jangka panjang yang mereka rasakan juga tidak kalah dasyatnya. Anak-anak akan hidup dalam kondisi traumatik yang mengakibatkan mereka selalu dihantui perasaan takut, stress, rendah diri, terintimidasi, kebencian, kemarahan dan lain sebagainya, juga bisa berdampak pada tindakan menyakiti serta mengakhiri hidup sendiri atau orang lain.
Sebagian dari antara kita atau mungkin juga semua kita sepakat bahwa kekerasan hanya akan melahirkan kekerasan, dendam dan dampak negatif lainnya. Kabar gembiranya adalah “Kita bisa menghentikan hal tersebut, sekarang dan saat ini juga.” Caranya mudah, mulailah dari diri sendiri untuk tidak menjadi pelaku kekerasan.
Buatlah komitmen pribadi untuk selalu ingat agar tidak cepat merespon tindakan anak yang kita anggap “salah” dengan melakukan kekerasan secara fisik maupun non fisik. Pahamilah bahwa anak-anak masih dalah usia belajar, dan dalam fase belajar tersebut adalah wajar jika mereka melakukan kesalahan/kekeliruan, karena dari kesalahan/kekeliruan tersebut mereka akan belajar banyak hal.
Cara kita membimbing akan sangat menentukan bagaimana kemudian mereka akan merespon ketika mereka berhadapan dengan teman sebaya atau anak lainnya yang juga melakukan kesalahan/kekeliruan. Yang perlu diperhatikan adalah, bimbinglah mereka agar tidak melakukan kesalahan yang berakibat fatal dan mengancam keselamatan diri sendiri atau orang lain.
Dalam hal ini sangat penting keberadaan orang tua atau pengasuh untuk mendampingi masa tumbuh kembang anak, tentunya bentuk-bentuk pendampingan disesuaikan dengan usia pertumbuhan anak.
Berbicara tentang “perlindungan anak”, hal tersebut tidak hanya sebatas merespon kasus-kasus kekeraan yang terjadi pada anak, tetapi pegertian perlindungan anak itu sangat luas dan menyentuh banyak aspek. Minimal terdapat 5 (lima) aspek utama yang penting untuk kita sama-sama pahami, diantaranya ;
Pertama, perlindungan anak dalam konteks hak mereka untuk Hidup. Sebagai hak asasi paling dasar yang dimiliki oleh setiap orang. Hak ini juga merupakan syarat utama yang harus diakui dan dilindungi dalam diri setiap anak. Pastikan mereka terlindungi dari segala bentuk tindakan yang dapat mengancam nyawa mereka baik tindakan yang dilakukan oleh anak sendiri maupun orang lain, alam dan faktor eksternal lainnya yang dapat mengakibatkan anak bisa kehilangan nyawanya.
Kedua, Perlindungan anak dalam konteks pemenuhan hak mereka untuk bertumbuh. Pastikan bahwa setiap anak memperoleh kebutuhan dasarnya untuk bertumbuh dengan baik. Kebutuhan dasar tersebut adalah sandang, pangan dan papan. Mereka harus mendapatkan pakaian yang memadai, bersih dan cukup, makanan dengan kandungan gizi yang cukup dan juga makanan yang aman, tempat berteduh yang layak, agar mereka terhindar dari sengatan terik matahari dan juga hujan.
Untuk bertumbuh mereka juga membutuhkan kasih sayang dari orang tua, keluarga dan lingkungan masyarakat. Bagi orang tua, sempatkanlah diri kita untuk berbicara, mendengar dan beraktifitas dengan anak kita, peluk mereka, dan berikan kasih sayang sebanyak-banyaknya, bahkan lebih dari yang mereka harapkan. Kasih sayang orang tua tidak akan bisa tergantikan dengan kelimpahan materi, dan akan menjadi warisan yang tidak pernah habis.
Kadang-kadang jika kita terlalu letih dengan rutinitas, kita hanya perlu mendengarkan mereka tanpa perlu berbicara, itupun sudah membuat anak-anak kita bahagia. Luangkanlah waktu kita untuk ada bersama mereka pada masa mereka bertumbuh, karena setiap detik pertumbuhan anak yang kita lewati tidak pernah akan terulang lagi.
Ketiga, Perlindungan anak dalam konteks pemenuhan hak mereka untuk Berkembang. Generasi yang berkualitas adalah generasi yang memiliki kompetensi mumpuni, keseimbangan antara Skill, Knowledge, dan Attitude. Kemampuan ini tidak dihasilkan sertamerta dan dalam tempo yang singkat.
Keseimbangan antara ketiga unsur tersebut hanya bisa diperoleh melalui proses belajar yang harus di alami oleh anak sejak mereka berada dalam kandungan, lahir dan bertumbuh dewasa. Anak-anak perlu mendapatkan stimulasi yang baik dan benar, ada 5 (lima) aspek perkembangan anak yang perlu diperhatikan untuk menunjang perkembangan kemampuan anak diantaranya, aspek Nilai Moral dan Agama, aspek Bahasa, aspek kognitif, aspek fisik, aspek sosial emosional.
Tanggungjawab ini bukan hanya menjadi tugas para pendidik, tetapi merupakan kerjasama sinergi antara orang tua, keluarga, masyarakat dan pendidik. Semakin dini usia anak mendapatkan stimulasi yang baik dan benar, maka semakin besar dampak yang dihasilkan terhadap perkembangan anak.
Keempat, Perlindungan anak dalam konteks pemenuhan hak mereka untuk Berpartisipasi. Kita sering melihat orang tua yang bisa ribut dengan anaknya yang baru berusia 2-3 tahun hanya untuk urusan memilih pakaian yang harus dipakai ke gereja, ke pesta, dan aktifitas lainnya. Dirumah saya juga sering mengamati hal tersebut terjadi.
Orang tua dengan pengalamannya merasa paling mengerti tentang sesuatu yang cocok dengan untuk anak-anak, sebaliknya, keenderungan anak-anak adalah memilih berdasarkan imajinasi mereka, ketertarikan mereka akan warna, bentuk serta jenis barang sangat dipengaruhi oleh kenyamanan mereka ketika menggunakannya, model yang mereka lihat baik melalui media cetak maupun elektronik atau yang digunakan oleh teman sebayanya.
Pantas, santun dan menarik untuk orang lain masih menjadi pertimbangan yang kesekian. Disinilah seharusnya fungsi orang tua atau orang dewasa mulai membangun komunikasi yang positif dengan anak-anak untuk melatih anak-anak berpartisipasi mulai dari hal-hal yang kecil, memilih pakaian yang harus dikenakan misalnya.
Ada banyak contoh lain untuk mengakomodir partisipasi anak, semuanya ditujukan untuk membangun rasa percaya diri dan kemampuan untuk mengambil keputusan yang baik dan benar berdasarkan pertimbangan yang matang, tentunya sesuai dengan tahapan usia mereka. Ikut bermusyawarah membangun desa, pengembangan sekolah, bahkan mereka juga dapat membentuk Dewan Perwakilan Anak yang juga berfungsi sebagai wadah penyampaian dan mengawal aspirasi anak.
Kelima, hak Anak untuk mendapatkan Perlindungan anak dari berbagai bentuk kekerasan. Anak sebagai pribadi yang rentan, baik secara fisik maupun mental perlu mendapatkan perlindungan dari berbagai bentuk kekerasan, baik kekerasan fisik, kekerasan psikis, kekerasan seksual, dan penelantaran.
Angka kekerasan terhadap anak setiap tahun terus naik, informasi yang saya peroleh, dalam 4 tahun terakhir angka kekerasan terhadap anak meningkat hingga 60%, dan pastinya akan terus meningkat. Setiap hari anak-anak selalu berhadapan dengan berbagai bentuk ancaman baik yang berasal dari diri mereka sendiri karena ketidak tahuan mereka ataupun yang berasal dari luar diri mereka, baik yang disebabkan oleh manusia, alam, tehnologi dll.
Orang tua sebagai pihak yang paling dekat dengan anak, haruslah berperan aktif dalam melindungi anak. Terus belajar, mengikuti perkembangan zaman, adalah hal yang tidak bisa ditawar jika para orang tua tidak ingin kehilangan anak-anak mereka yang “diambil” oleh dunia diluar rumah. Kekerasan terhadap anak bisa dicegah jika saja semua keluarga memiliki system pengasuhan, pendidikan, perawatan serta perlindungan yang optimal.
Keluarga-keluarga saat ini diperhadapkan dengan begitu banyak tantangan yang datangnya dari luar seiring dengan begitu cepatnya perkembangan tehnology dan ilmu pengetahuan. Kuncinya adalah pada “Hubungan”, semakin baik hubungan yang dibangun dalam keluarga maka akan semakin mudah orang tua membimbing anak-anaknya. Komunikasi yang terbuka antara orangtua dan anak, saling belajar dan berbagi juga menjadi faktor yang menentukan.
Kita tidak bisa melarang berbagai hal yang kita percaya dapat mendatangkan pengaruh negatif bagi anak-anak datang kedalam lingkungan kita, tetapi kita bisa mengajarkan kepada anak-anak kita untuk tidak terpengaruh pada hal tersebut. Menjadi contoh melalui perbuatan adalah cara memuridkan yang paling efektif, jadilah orang tua yang melakukan apa yang dikatakan dan menceritakan sesuai dengan apa yang telah dilakukan.
Peran Negara, pemerintah dan masyarakat akan menjadi pelengkap perlindungan anak jika peran utama melindungi anak-anak sudah dilakukan terlebih dahulu didalam keluarga.
Setiap tahun kita memperingati Hari Anak Nasional yang ditetapkan pada tanggal 23 Juli. Bukan berarti bahwa perlindungan anak hanya kita ingat ketika perayaan HAN ini berlangsung dengan berbagai kegiatan ceremonial gegap gempita, tetapi mari jadikan setiap hari adalah Hari Anak, berikan sepenuhnya hak yang harus mereka nikmati. Anak-anak kita masa kini adalah mimpi kita dimasa mendatang. Baik atau buruk masa depan Negeri kita sangat tergantung dari mimpi yang kita rancang dihari ini.
Selamat Merayakan Hari Anak Nasional. Teruslah semangat anak-anak Sumba sebagai bagian dari generasi emas Indonesia.
Oleh Anto Kila, Pemerhati Anak dari Sumba.