Di Desa Ndapayami, Kecamatan Kanatang, Kabupaten Sumba Timur, hiduplah seorang petani bernama Wunu Hiwal Bersama keluarganya. Meski telah pensiun dari jabatannya sebagai sekretaris Desa Ndapayami pada akhir tahun 2022 yang lalu, Wunu masih aktif mengembangkan lahan pertaniannya yang menjadi salah satu lokasi percontohan praktek tanaman Pangan Lokal. Desa Ndapayami juga merupakan salah satu desa dampingan dari Sumba Integrated Development (SID) yang telah melakukan kajian risiko bencana secara partisipatif. Dari hasil kajian tersebut diketahui bahwa terdapat bencana hama belalang yang terus menyerang tanaman jagung dan padi milik petani di sana. Serangan hama belalang ini melanda sebagian besar desa-desa di Sumba Timur, termasuk lima desa dampingan SID dalam program INCIDENT.
Bapak Wunu Hiwal adalah salah satu petani di desa Ndapayami yang kebunnya selalu diserang belalang dalam dua tahun terakhir ini, sehingga ia selalu gagal panen. Walaupun demikian Wunu tidak berputus asa. Ia telah mengikuti pelatihan Budidaya Tanaman Pangan Lokal termasuk Pestisida Nabati dan menanam tanaman pangan yang lebih tahan terhadap serangan belalang seperti ubi kayu, petatas dan keladi.
“Dengan adanya program pelatihan dan praktek tanam pangan lokal ini mengingatkan Kembali lagi pada petani, bahwa perlu sekali kita tanam Kembali ini ubi kayu, petatas, keladi, littang, luwa, dan ganyong, apalagi hama belalang serang kita punya jagung sampai habis”. Ungkapnya dengan raut wajah sedih.
Pada saat yang sama, ketika Wunu mencoba menanam tanaman pangan lokal lainnya seperti jagung pulut dan stek ubi, sebagian mati kering akibat curah hujan yang rendah, dan jagung pulut habis dimakan belalang. Meski demikian, Wunu tidak menyerah dan terus mengikuti petunjuk teknis yang diajarkan dalam pelatihan yang diberikan oleh SID, termasuk melakukan penyulaman dan pemilihan bibit yang baik. Setelah diguyur hujan yang stabil, tanaman pangan lokal di kebunnya tumbuh dengan subur dan sehat.
Wunu Hiwal mulai menanam pangan lokal di lahannya sejak bulan Desember 2022 dengan luas lahan awal empat are, namun, sekarang sudah dikembangkan menjadi tujuh sampai delapan are. Sampai saat ini, pertumbuhan tanaman sangat baik karena selain curah hujan yang cukup, Wunu juga merawat tanamannya dengan baik, misalnya tanahnya digemburkan, pohon singkong dan keladi ditimbun dengan tanah, dan dibersihkan dari gulma.
Walaupun, masyarakat di desanya saat ini sedang menghadapi masa sulit karena serangan hama belalang yang semakin merajalela, kenaikan harga bahan pokok dan kelangkaan beras di tahun resesi 2023, Wunu tetap memiliki harapan dan tekad untuk melewati tahun sulit ini dengan tanaman pangan lokal yang ia tanam di kebunnya. Ia bahkan berniat untuk terus memperluas lahan kebun pangan lokalnya dengan menanam tanaman lain seperti kacang hijau, kacang nasi, dan ubi-ubian lagi.
“Makan ubi-ubian, nasi jagung, itu lebih bikin kenyang dibanding makin nasi beras. Selain itu, pangan lokal ini kan punya nilai gizi yang lebih bagus. Saya harap, Lembaga SID dapat melakukan pendampingan dan pelatihan lebih baik tentang pangan lokal di lebih banyak lagi masyarakat karena Desa Ndapayami ini punya potensi besar.” Tutur Wunu Hiwal.
Sementara itu, menurut mama Damaris, istri dari Wunu Hiwal, pangan lokal seperti ubi-ubian sangat baik untuk anak-anak, bayi dan balita, karena kandungan nutrisinya dapat membantu pertumbuhan dan perkembangan anak. Ubi-ubian selalu disiapkan sebagai makanan untuk bayi, balita dan anak-anak saat Pemberian Makanan Tambahan (PMT) pada kegiatan posyandu. Selain itu, ubi kayu dan keladi bisa dijadikan sebagai alternatif makanan saat jagung terserang hama belalang.
Kisah petani Wunu Hiwal adalah contoh inspiratif tentang bagaimana seseorang dapat bertahan dan beradaptasi di tengah masa sulit. Dengan tekad dan kemauan untuk belajar, Wunu berhasil menanam tanaman pangan lokal yang lebih tahan terhadap serangan hama dan menghindarkan tanamannya dari hama dengan Pestisida Nabati yang telah dibuat. Semoga kisah Wunu Hiwal dapat menjadi motivasi bagi kita semua untuk tidak menyerah dan terus berjuang dalam menghadapi masa sulit.
TENTANG PROGRAM INI
Budidaya pangan lokal merupakan bagian dari program INCIDENT yang dikembangkan oleh World Neighbors, didanai oleh BHA/USAID dan diimplementasikan oleh SID. Program ini dilaksanakan di lima desa di Kabupaten Sumba Timur dengan luas lahan yang sudah dikembangkan mencapai 30 are di lahan percontohan di lima desa program.
Para petani dampingan program INCIDENT memiliki minat yang tinggi untuk mengembangkan tanaman pangan lokal namun saat ini petani di lima desa tersebut menghadapi tantangan seperti keterbatasan bibit singkong, bibit keladi dan ubi jalar yang berkualitas. Untuk mengatasi hal tersebut, program terus berupaya untuk menyediakan bibit pangan lokal yang berkualitas. Tantangan lainnya adalah kondisi tanah yang becek akibat lewatnya musim tanam sehingga bibit tanaman bisa busuk dan sulit tumbuh. Namun petani tetap dimotivasi untuk menyediakan lahan dan menanam bibit stek singkong untuk ketersediaan bibit pada tahun-tahun mendatang. Hal ini dirasakan penting oleh para petani karena tanaman singkong dan ubi-ubian memiliki banyak manfaat diantaranya, daunnya bisa dikonsumsi sebagai sayur-sayuran yang bergizi.