Sumba Integrated Development

Asa di Tanah Gersang

Di desa Makamenggit, Sumba Timur, Air merupakan salah satu kebutuhan hidup yang masih cukup sulit dipenuhi. Untuk keperluan sehari-hari terutama pada saat musim kemarau, sebahagian besar warga di sana biasanya harus membeli air pada pengusaha jasa mobil tangky air. Tidak heran jika untuk kebutuhan sehari-hari saja sulit terpenuhi, apalagi untuk keperluan bercocok tanam. Rata-rata para petani di daerah tersebut hanya dapat bercocok tanam pada musim penghujan.

Tetapi tidak demikian halnya dengan Desmon. Seorang anak muda yang juga adalah ketua karang taruna desa Makamenggit. Pada musim panas tahun ini ia telah berhasil mengelola lahan perkebunannya untuk ditanami dengan tanaman hortikultura, seperti tomat, buncis dan ketimun. Untuk kebutuhan penyiraman, ia pun harus membeli air tangky seminggu sekali atau dua kali. Desmon menyiasati keterbatasan tersebut dengan cara mengunakan pola irigasi tetes untuk mengairi sekitar 5.000 pohon tomat serta 2.000 pohon ketimun dan buncis.

“Saya targetkan bisa panen perdana tomat minimal 6.000 Kg dari 3000 pohon yang saya tanam tahap pertama. Dari hasil panen ini saya perkirakan bisa mendapatkan omzet sekitar 50 juta dengan masa pemeliharaan 4-5 bulan”. Tutur Desmon sambil tersenyum lebar.

Menurutnya, saat ini ia banyak menghabiskan waktu untuk mengurus kebunnya. Kalau dulu ia banyak menghabiskan waktu untuk jalan-jalan, sekarang ini ia lebih senang berada di kebun, untuk memperhatikan dan merawat tanamannya.
Tentang program ini

Melalui SID, ChildFund International in Indonesia mendukung orang muda di desa-desa untuk berwirausaha melalui serangkaian kegiatan capacity building. Mulai dari pemetaan potensi desa, membangun visi, membuat rencana operasional, hingga strategy marketing. Selama setahun terakhir, sedikitnya 120 orang muda yang merupakan anggota karang taruna desa telah dilatih terkait kewirausahaan.