Sumba Integrated Development

August 2022

Festival PAUD HI Kabupaten Sumba Barat Daya

SID bekerjasama dengan WLF dan Adaro Foundation memfasilitasi Gugus Tugas PAUD HI Kabupaten Sumba Barat Daya menyelenggarakan kegiatan kampanye PAUD HI dalam bentuk festival yang diikuti oleh kurang lebih 500 orang. Dalam festival tersebut terdapat berbagai kegiatan seperti outbound anak PAUD, lomba mewarnai, pameran alat permainan edukatif yang dibuat dari bahan lokal dan daur ulang. Juga ditampilkan program-program terkait pengembangan anak usia dini dari instansi terkait sesuai bidang layanan. Pada acara puncak kampanye dimeriahkan dengan pentas seni anak, penyerahan cinderamata, serta sambutan-sambutan dari para pemangku kepentingan yang berisi pernyataan dukungan terhadap penyelenggaraan PAUD HI, termasuk di dalamnya penyerahan Akta Kelahiran untuk 2.800an anak oleh Pemerintah Kabupaten kepada 13 Kepala Desa.       Kegiatan ini dihadiri oleh Bupati SBD beserta pimpinan OPD, Dandim 1629, Pengurus Gugus Tugas PAUD HI Kabupaten dam desa, Perwakilan WLF, Team SID, dan stakeholder lainnya terutama anak-anak usia dini utusan dari desa-desa dampingan SID. Program Pengembangan anak Usia Dini Holistik Integratif bertujuan untuk meningkatkan akses layanan PAUD HI yang berkualitas dan berkelanjutan pada anak usia 0-6 tahun di 13 Desa dampingan yang tersebar di 3 Kecamatan, di Kabupaten Sumba Barat Daya. Sesuai Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 60 Tahun 2013 tentang Pengembangan Anak Usia Dini Holistik Integratif menjelaskan bahwa, Pengembangan Anak Usia Dini Holistik Integratif adalah upaya pengembangan anak usia dini yang dilakukan untuk memenuhi kebutuhan esensial anak yang beragam dan saling terkait secara simultan, sistematis, dan terintegrasi. Sementar itu, layanan stimulasi holistic mencakup layanan pendidikan, kesehatan, gizi, perawatan, pengasuhan, perlindungan, dan kesejahteraan menjadi kebijakan pengembangan anak usia dini dengan melibatkan pihak terkait, baik instansi pemerintah, organisasi kemasyarakatan, organisasi profesi, tokoh masyarakat, dan orang tua. Untuk menjamin pemenuhan hak tumbuh kembang anak usia dini, diperlukan upaya peningkatan kesehatan, gizi, perawatan, pengasuhan, perlindungan, kesejahteraan dan rangsangan pendidikan yang dilakukan secara simultan, sistematis, dan menyeluruh.

Festival PAUD HI Kabupaten Sumba Barat Daya Read More »

Setiap Hari adalah Hari Anak (Kita dan Perayaan Hari Anak Nasional)

Kita mendengar, melihat dan merasakan ada begitu banyak perlakuan salah yang dialami oleh anak-anak di sekitar kita, bahkan ada begitu banyak anak-anak yang sementara menderita tetapi suara mereka tidak terdengar. Kita berpikir bahwa kekerasan dalam meng-asuh, meng-asih dan meng-asah anak-anak adalah hal yang wajar, biasa dan sudah menjadi bagian dari kehidupan yang juga secara sadar atau tidak kemudian hal itu diobservasi oleh anak-anak dan mereka terima sebagai warisan turun-temurun. Perlakuan salah tersebut tentunya akan menimbulkan dampak yang luar biasa dalam masa tumbuh kembang anak, baik untuk jangka pendek maupun jangka panjang. Dampak jangka pendeknya adalah anak-anak merasakan penderitaan secara fisik dan psikis bahkan sampai pada kematian. Sedangkan penderitaan jangka panjang yang mereka rasakan juga tidak kalah dasyatnya. Anak-anak akan hidup dalam kondisi traumatik yang mengakibatkan mereka selalu dihantui perasaan takut, stress, rendah diri, terintimidasi, kebencian, kemarahan dan lain sebagainya, juga bisa berdampak pada tindakan menyakiti serta mengakhiri hidup sendiri atau orang lain. Sebagian dari antara kita atau mungkin juga semua kita sepakat bahwa kekerasan hanya akan melahirkan kekerasan, dendam dan dampak negatif lainnya. Kabar gembiranya adalah “Kita bisa menghentikan hal tersebut, sekarang dan saat ini juga.” Caranya mudah, mulailah dari diri sendiri untuk tidak menjadi pelaku kekerasan. Buatlah komitmen pribadi untuk selalu ingat agar tidak cepat merespon tindakan anak yang kita anggap “salah” dengan melakukan kekerasan secara fisik maupun non fisik. Pahamilah bahwa anak-anak masih dalah usia belajar, dan dalam fase belajar tersebut adalah wajar jika mereka melakukan kesalahan/kekeliruan, karena dari kesalahan/kekeliruan tersebut mereka akan belajar banyak hal. Cara kita membimbing akan sangat menentukan bagaimana kemudian mereka akan merespon ketika mereka berhadapan dengan teman sebaya atau anak lainnya yang juga melakukan kesalahan/kekeliruan. Yang perlu diperhatikan adalah, bimbinglah mereka agar tidak melakukan kesalahan yang berakibat fatal dan mengancam keselamatan diri sendiri atau orang lain. Dalam hal ini sangat penting keberadaan orang tua atau pengasuh untuk mendampingi masa tumbuh kembang anak, tentunya bentuk-bentuk pendampingan disesuaikan dengan usia pertumbuhan anak. Berbicara tentang “perlindungan anak”, hal tersebut tidak hanya sebatas merespon kasus-kasus kekeraan yang terjadi pada anak, tetapi pegertian perlindungan anak itu sangat luas dan menyentuh banyak aspek. Minimal terdapat 5 (lima) aspek utama yang penting untuk kita sama-sama pahami, diantaranya ; Pertama, perlindungan anak dalam konteks hak mereka untuk Hidup. Sebagai hak asasi paling dasar yang dimiliki oleh setiap orang. Hak ini juga merupakan syarat utama yang harus diakui dan dilindungi dalam diri setiap anak. Pastikan mereka terlindungi dari segala bentuk tindakan yang dapat mengancam nyawa mereka baik tindakan yang dilakukan oleh anak sendiri maupun orang lain, alam dan faktor eksternal lainnya yang dapat mengakibatkan anak bisa kehilangan nyawanya. Kedua, Perlindungan anak dalam konteks pemenuhan hak mereka untuk bertumbuh. Pastikan bahwa setiap anak memperoleh kebutuhan dasarnya untuk bertumbuh dengan baik. Kebutuhan dasar tersebut adalah sandang, pangan dan papan. Mereka harus mendapatkan pakaian yang memadai, bersih dan cukup, makanan dengan kandungan gizi yang cukup dan juga makanan yang aman, tempat berteduh yang layak, agar mereka terhindar dari sengatan terik matahari dan juga hujan. Untuk bertumbuh mereka juga membutuhkan kasih sayang dari orang tua, keluarga dan lingkungan masyarakat. Bagi orang tua, sempatkanlah diri kita untuk berbicara, mendengar dan beraktifitas dengan anak kita, peluk mereka, dan berikan kasih sayang sebanyak-banyaknya, bahkan lebih dari yang mereka harapkan. Kasih sayang orang tua tidak akan bisa tergantikan dengan kelimpahan materi, dan akan menjadi warisan yang tidak pernah habis. Kadang-kadang jika kita terlalu letih dengan rutinitas, kita hanya perlu mendengarkan mereka tanpa perlu berbicara, itupun sudah membuat anak-anak kita bahagia. Luangkanlah waktu kita untuk ada bersama mereka pada masa mereka bertumbuh, karena setiap detik pertumbuhan anak yang kita lewati tidak pernah akan terulang lagi. Ketiga, Perlindungan anak dalam konteks pemenuhan hak mereka untuk Berkembang. Generasi yang berkualitas adalah generasi yang memiliki kompetensi mumpuni, keseimbangan antara Skill, Knowledge, dan Attitude. Kemampuan ini tidak dihasilkan sertamerta dan dalam tempo yang singkat. Keseimbangan antara ketiga unsur tersebut hanya bisa diperoleh melalui proses belajar yang harus di alami oleh anak sejak mereka berada dalam kandungan, lahir dan bertumbuh dewasa. Anak-anak perlu mendapatkan stimulasi yang baik dan benar, ada 5 (lima) aspek perkembangan anak yang perlu diperhatikan untuk menunjang perkembangan kemampuan anak diantaranya, aspek Nilai Moral dan Agama, aspek Bahasa, aspek kognitif, aspek fisik, aspek sosial emosional. Tanggungjawab ini bukan hanya menjadi tugas para pendidik, tetapi merupakan kerjasama sinergi antara orang tua, keluarga, masyarakat dan pendidik. Semakin dini usia anak mendapatkan stimulasi yang baik dan benar, maka semakin besar dampak yang dihasilkan terhadap perkembangan anak. Keempat, Perlindungan anak dalam konteks pemenuhan hak mereka untuk Berpartisipasi. Kita sering melihat orang tua yang bisa ribut dengan anaknya yang baru berusia 2-3 tahun hanya untuk urusan memilih pakaian yang harus dipakai ke gereja, ke pesta, dan aktifitas lainnya. Dirumah saya juga sering mengamati hal tersebut terjadi. Orang tua dengan pengalamannya merasa paling mengerti tentang sesuatu yang cocok dengan untuk anak-anak, sebaliknya, keenderungan anak-anak adalah memilih berdasarkan imajinasi mereka, ketertarikan mereka akan warna, bentuk serta jenis barang sangat dipengaruhi oleh kenyamanan mereka ketika menggunakannya, model yang mereka lihat baik melalui media cetak maupun elektronik atau yang digunakan oleh teman sebayanya. Pantas, santun dan menarik untuk orang lain masih menjadi pertimbangan yang kesekian. Disinilah seharusnya fungsi orang tua atau orang dewasa mulai membangun komunikasi yang positif dengan anak-anak untuk melatih anak-anak berpartisipasi mulai dari hal-hal yang kecil, memilih pakaian yang harus dikenakan misalnya. Ada banyak contoh lain untuk mengakomodir partisipasi anak, semuanya ditujukan untuk membangun rasa percaya diri dan kemampuan untuk mengambil keputusan yang baik dan benar berdasarkan pertimbangan yang matang, tentunya sesuai dengan tahapan usia mereka. Ikut bermusyawarah membangun desa, pengembangan sekolah, bahkan mereka juga dapat membentuk Dewan Perwakilan Anak yang juga berfungsi sebagai wadah penyampaian dan mengawal aspirasi anak. Kelima, hak Anak untuk mendapatkan Perlindungan anak dari berbagai bentuk kekerasan. Anak sebagai pribadi yang rentan, baik secara fisik maupun mental perlu mendapatkan perlindungan dari berbagai bentuk kekerasan, baik kekerasan fisik, kekerasan psikis, kekerasan seksual, dan penelantaran. Angka kekerasan terhadap anak setiap tahun terus naik, informasi yang saya peroleh, dalam 4 tahun terakhir angka kekerasan terhadap anak meningkat hingga 60%, dan pastinya akan terus meningkat. Setiap hari anak-anak

Setiap Hari adalah Hari Anak (Kita dan Perayaan Hari Anak Nasional) Read More »

Revitalisasi Aset Budaya Tradisional Sumba Timur

Sumba Integrated Development (SID) merevitalisasi aset budaya tradisional Marapu lewat pemberdayaan pemuda, perempuan, dan lansia di Sumba Timur. Anto Kila selaku Executive Director SID mengungkapkan alasannya dalam wawancara bersama Magdalene, (14/12). “Awalnya kami melihat jarak antara generasi muda dan tua dalam pelestarian bahasa maupun budaya. Karena di sekolah-sekolah saja sudah tidak menggunakan bahasa daerah lagi, budaya ini terancam punah,” ujarnya, mengingat pewarisan budaya Sumba dilakukan secara lisan, bukan tertulis. Karena itu, SID menjembatani kelompok lansia yang memahami budaya Sumba, dengan anak muda sebagai generasi yang mewarisi budaya tersebut. Dalam hal ini, musik tradisional dipilih sebagai medium untuk mendorong perubahan perilaku pelestarian budaya. Hal ini juga termasuk bentuk advokasi peningkatan musik tradisional. “Ketika bernyanyi, orang Sumba Timur itu menggunakan bahasa sastra seperti puisi, atau disebut lawiti. Secara tidak langsung, cara ini juga bisa digunakan sebagai kritik ketika tidak setuju dengan situasi tertentu, dan mudah sekali masuk ke masyarakat,” tuturnya. Lirik lagu yang tertulis dalam bahasa daerah itu diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia dan Inggris, sehingga hal tersebut memperkuat suara, cerita, lagu, dan kekayaan budaya masyarakat Marapu di Sumba Timur. Artinya, musik mereka dapat menjadi warisan bangsa maupun dunia. Sebenarnya, para lansia di Sumba Timur sudah memiliki kesadaran akan warisan budaya yang mereka miliki. Namun, pendekatan untuk melestarikannya secara sistematis yang belum mereka lakukan karena mereka memercayai pewarisan budaya pada keturunan merupakan hadiah dari Sang Pencipta, sehingga akan muncul dengan sendirinya. “Karena itu, dalam proses pendekatan, kami melakukan assessment partisipatif. Tetap mereka yang menilai dan menggali budaya-budaya di sekitarnya, bagaimana situasinya, apakah masih ada dan sering digunakan, atau sudah hilang. Jadi mereka yang menemukan sendiri,” ucap Anto. Hasilnya, anak-anak muda mulai terlibat dalam proses kampanye perubahan perilaku sosial berbentuk lagu yang dinyanyikan. Lagu tersebut merupakan salah satu ritual yang tidak dilakukan selama lima hingga 20 tahun.  Mereka juga menawarkan diri untuk aktif terlibat dalam kepengurusan organisasi masyarakat adat Marapu, yang sebelumnya didominasi orang tua. Selain itu, SID juga berusaha mengumpulkan 26 literatur dari peneliti yang mengobservasi budaya Sumba. Kumpulan literatur tersebut dipublikasikan dan diperbanyak dalam bentuk hard copy maupun soft copy. Ada juga arsip digital untuk melestarikan musik yang diunggah ke kanal YouTube dan disimpan di dalam flashdisk. Selain itu, sekolah-sekolah di sana juga meminta agar program SID tersebut dimasukkan ke kegiatan sekolah. Tulisan ini telah dimuat dalam majalah online Magdalene oleh Aurelia Gracia, Reporter

Revitalisasi Aset Budaya Tradisional Sumba Timur Read More »

Virginia dan Ruang Partisipasi Anak

“Saya Virginia Jevantriest Rona, saat ini saya berumur 14 tahun dan  duduk dikelas 9 SMP, di salah satu SMP Negeri Umalulu. Papa dan Mama saya adalah petani yang kesehariannya bekerja di kebun sawah. saya mengenal SID sejak saya duduk dikelas 5 SD, pada waktu itu saya diajak oleh teman–teman saya untuk mengikuti kegiatan Rumah Kreatif Anak Sabana.  waktu pertama kali saya ikut saya agak malu–malu  karena teman–teman semua pada berani dan semua mereka bisa menyampaikan pendapat mereka. Lalu banyak permainan yang diperkenalkan kepada saya dan teman – teman saya. Selesai kegiatan sore itu, saya merasa Bahagia dan senang sekali dengan kegiatan yang menarik dan ditambah fasilitator yang pintar dan bersemangat. rasa penasaran untuk ikut kegiatan lagi kuat sekali”. Virginia membuka ceritanya dengan memperkenalkan diri serta menyampaikan awal mula ia tertarik dengan kegiatan rumah kreatif anak sabana (RKAS). Menurut Virginia, ia belajar mengenal hak-haknya sebagai anak melalui program yang namanya Pendidikan Kecakapan Hidup & Literasi Keuangan (PKHLK) atau juga dikenal dengan program Aflatoun. Program ini dikembangkan oleh SID dan ChildFund Internasional di Indonesia melalui kegiatan Rumah Kreatif Anak Sabana (RKAS). Melalui RKAS ini anak-anak dibimbing oleh fasilitatir terlatih menggunakan modul PKHLK yang berisi tentang pengetahuan untuk meningkatkan kepercayaan diri anak, perilaku hidup bersih dan sehat, kemampuan memimpin, mengenal potensi diri, hak-hak anak, pengelolaan keuangan, hingga dasar-dasar kebencanaan. Anak-anak juga dibimbing untuk memahami tehnik membaca dan berhitung dengan cara yang menyenangkan dan mudah. “Saya senang dengan wadah Rumah Kreatif Anak Sabana, yang merupakan kesempatan terbaik saya dapat menggali potensi dan kemampuan diri saya, saya cukup aktif mengikuti kegiatan Rumah Kreatif Anak Sabana dan belajar menyuarakan pendapat saya. Saya juga pernah menjadi pemimpin  dan juga dapat mewakili teman–teman saya dalam mengikuti Musyawarah desa, kami dapat menyampaikan beberapa kebutuhan–kebutuhan kami yang terkait dengan keberlangsungan pendidikan kami.” Demikian penuturan Virginia tentang manfaat dari wadah kegiatan anak yang ada di desanya. Virginia termasuk anak yang aktif dalam mengikuti kegiatan di RKAS, ia pun menjadi salah satu fasilitator sebaya. Ia juga mampu menyampaikan inspirasi dan pendapatnya mewakili anak-anak di desa pada kegiatan musyawarah rencana pembangunan desa (Musrenbangdes). Menurut Virginia, pengalaman yang paling membanggakan adalah ketika ia bisa menulis surat yang ditujukan kepada Presiden Jokowi yang diserahkan kepada bapak Jenderal Purnawirawan H. Muldoko. Dalam suratnya, ia menulis tentang kegiatan Rumah Kreatif Anak Sabana, bebrapa kebutuhan perlengkapan berupa alat–alat tulis dan buku–buku bacaan. Ia juga pernah mewakili kawan–kawan Rumah Kreatif Anak Sabana untuk menyampaikan pandangannya tentang situasi Pendidikan di masa Pendemi Kegiatan ini dikuti oleh 20 anak se NTT, dengan menghadirkan narasumber pimpinan DPRD Propinsi NTT. “Saya sangat senang sekali Ketika orang dewasa dapat mendengarkan hak–hak kami dan ketika kami diberi ruang dalam menyuarakan hak kami. Saya juga mendapat kesempatan menyampaikan hak–hak saya, yakni hak pendidikan di masa pandemik. Hal inilah membuat saya sangat bangga dan bahagia.” Tutur Virginia. Virginia  berharap Pemerintah Desa terus memperhatikan  keberlanjutan dari program SID yang sudah dapat berjalan cukup baik, khususnnya agar kegiatan anak semakin diperhatikan dan fasilitasi sebagai salah satu aset desa untuk mempersiapkan generasi muda yang bermutu. “Saya merasa program PKHLK atau Aflatoun ini sangat berdampak bagi kami anak–anak Sumba di desa Patawang, yang dimulai dari Pendidikan kami, belajar kebersihan, mendukung hak – hak kami sebagai anak. Saya berharap Pemerintah desa akan terus mendukung kami.” Di akhir dari ceriteranya, Virginia menyampaikan ucapan terimakasih kepada ChildFund dan SID untuk karya-karya yang telah membawa perubahan di desa Patawang. Kehadiran SID dan ChildFund telah membawa perubahan dalam mewujudkan hak–hak anak.

Virginia dan Ruang Partisipasi Anak Read More »

Pengasuhan Responsif, Tepat Sekali

Materi yang sangat-sangat sederhana, dan orang tua mudah pahami itu”. penggalan kalimat ini dengan yakin diucapkan oleh ibu Yana. Pemilik nama lengkap Apriyana Pandarangga, S.Pd. AUD tersebut adalah seorang Asesor Badan Akreditasi Nasional (BAN) yang sudah lama malang melintang dalam dunia pendidikan anak Usia Dini di Kabupaten Sumba Timur. Ia pernah menjadi kepala TK Negeri Pembina Waingapu, Ketua IGTKI, Pengawas TK dan hingga kini aktif menjalankan tugasnya sebagai Asesor BAN. Tugas utamanya adalah mengakreditasi penyelenggaraan PAUD di Kabupaten Sumba Timur dan kabupaten lainnya di NTT, sekaligus memberikan dukungan teknis untuk peningkatan kualitas PAUD yang berada dalam wilayah kerjanya. Ibu Yana telah lama mengenal dan bekerjasama dengan SID terkait program pengembangan PAUD di desa-desa dampingan SID. Ia juga merupakan fasilitator yang sering membantu para guru PAUD dampingan SID dalam pelatihan-pelatihan yang diadakan. Sebagai seorang pegiat PAUD, ibu Yana sudah beberapa kali terlibat dalam pelatihan untuk fasilitator yang diselenggarakan oleh SID dan ChildFund. Dari semua pelatihan yang sudah pernah ia ikuti, menurutnya modul pengasuhan responsif lah yang paling bermanfaat saat ini. dengan adanya situasi pandemi covid-19 tantangan terbesarnya adalah bagaimana membantu orang tua agar bisa membimbing anak-anak mereka di rumah. Modul pengasuhan positif ini menurutnya sangat tepat sekali untuk digunakan, karena sederhana dan mudah dipahami oleh orang tua. “ya itu pengasuhan responsif itu, betul-betul bagus sekali.” Katanya sambil tertawa lebar. Ia kemudian melanjutkan “Modul ini bisa sangat bermanfaat bagi guru-guru PAUD dalam memfasilitasi orang tua agar mampu membimbing anak mereka di rumah.” Sebagai fasilitator terlatih, ibu Yana dan teman-temannya telah berbagi pengetahuan terkait modul pengasuhan responsif yang telah mereka pelajari kepada hampir seluruh PAUD, baik TK maupun kelompok bermain yang ada di Sumba Timur. Biaya pelaksanaan pelatihan terapan tersebut menurutnya dialokasikan dari anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD). Kalau dihitung dari tahun 2018 hingga sekarang, guru-guru PAUD yang telah mereka latih jumlahnya sekitar 200 orang. “Jujur kita katakan bahwa mereka berjalan apa adanya saja” Menurut ibu Yana, awalnya hampir seluruh PAUD berjalan apa adanya saja, tanpa pengetahuan dan ketrampilan yang memadai tentang pengembangan anak usia dini. Pengetahuan yang telah dimiliki dan sering didiskusikan hanya seputar perubahan kurikulum termasuk kurikulum 2013. Sambil tersenyum ibu Yana berkata, “Dengan adanya materi-materi yang kami dapat dan bagikan dari kegiatan pelatihan yang diselenggarakan oleh SID telah menambah wawasan guru-guru PAUD. Sedianya apa yang harus mereka lakukan, peran mereka sebagai pendidik PAUD. Salah satunya adalah modul pengasuhan responsif itu.” Ia berharap para guru PAUD yang telah mendapatkan pelatihan tentang pengasuhan responsif benar-benar menerapkan ilmu yang sudah diperoleh di PAUD masing-masing. Sehingga para orang tua mampu untuk mendampingi anak-anak mereka secara optimal dalam proses BDR.  

Pengasuhan Responsif, Tepat Sekali Read More »

Delsi dan Mimpinya Bersama Karang Taruna Desa Homba Karipit

SID memfasilitasi anak muda di desa untuk melakukan advocasi pembentukan forum orang muda atau karang taruna di 9 desa dampingan antara lain desa Mali iha, Hohawungo, Hombakaripit, Wailabubur di kabupaten Sumba Barat Daya, desa Praipaha, Praihamboli, Tanatuku, Makaminggit dan Praikarang di kabupaten Sumba Timur. Antusias anak muda dari desa-desa tersebut sangat besar sehingga pembentukan karang taruna berjalan lancar dan didukung oleh seluruh pemerintah desa. Kesadaran akan pentingnya organisasi orang muda sebagai penyalur aspirasi dan wadah partisipasi orang muda mulai tumbuh dalam diri anak -anak muda dampingan SID. Delsiana Holo salah satu duta anak SID yang menjadi pengurus Karang Taruna  Desa Homba Karipit merasakan manfaat dan perubahan signifikan setelah bergabung dan mengikuti berapa kegiatan pengembangan kapasitas yang dilakukan oleh SID bagi anak muda yang ada di desanya. Sambil sesekali mengerutkan dahi untuk mengingat-ingat kegiatan yang pernah diikutinya, kemudian ia menceritakan, “Beberapa waktu terakhir ini saya banyak kali mengikuti beberapa pertemuan dalam rangka pembentukan organisasi karang taruna di desa yang di fasilitasi oleh Staf SID, awalnya menurut saya organisasi tersebut tidak penting bagi saya, namun setelah saya diajak di beberapa sesi pertemuan maka saya baru sadar bahwa organisasi tersebut sangat penting bagi para pemuda di desa termaksud saya. Karena dengan adanya organisasi karang taruna, para pemuda bisa mengeksplorasi seluruh potensi yang ada pada diri pemuda termasuk bagaimana pemuda bisa terlibat dalam proses pembangunan desa. Setelah saya mengikuti beberapa pertemuan, saya juga di libatkan dalam kepengurusan karang taruna desa Hombakaripit sebagai wakil ketua. Saya dan pengurus karang taruna lainya di bekali dengan pengetahuan tentang organisasi dan hal itu sangat bagus.” SID membekali para pengurus karang taruna dengan kegiatan pengembangan kapasitas pengelolaan organisasi diantaranya pelatihan menejemen organisasi, penyusunan rencana kerja organisasi dan pelatihan life skill lainnya untuk meningkatkan pengetahuan dan kepercayaan diri para pengurus dalam mengembangkan kegiatan mereka serta mampu berpartisipasi dalam proses perencanaan penganggaran desa. “Saya bersyukur sekali bisa berkesempatan untuk mengikuti pelatihan Kepemimpinan dan Manajemen organisas serta penyusunan rencana kerja Karang Taruna. Saya sangat  bangga pada SID/ChildFund yang memberikan kesempatan kepada saya untuk mengikuti kegiatan-kegiatan yang diselenggarakan, karena dengan adanya kegiatan-kegiatan tersebut saya mengalami banyak perubahan, seperti bisa membangun relasi dengan orang-orang baru, saya bisa berbicara di depan teman-teman, saya bisa mengembangkan idea tau kreatifitas yang ada dalam diri saya dan juga bisa saling menerima pendapat teman-teman.” Tuturnya sambil tersenyum sumringah. Sebagai pengurus Karang Taruna Delsi sangat aktif mengikuti berbagai kegiatan, dia sangat cakap dalam menyampaikan pendapat, ide-ide, dan hal-hal menarik lainnnya dengan penuh percaya diri. Saat ini Desi dan pengurus karang taruna lainnya merancang serta mempersiapakan beberapa kegiatan program kerja karang taruna, salah satunya adalah mengembangkan usaha produktif karang taruna di bidang warung makan yang akan dibuka di desa mereka. Wirausaha sosial  tersebut akan mereka kembangkan untuk mendukung kegiatan karang taruna.

Delsi dan Mimpinya Bersama Karang Taruna Desa Homba Karipit Read More »

Dhevi, Semangat Anak Muda Untuk Membangun Desa

Delviana Kapu Endah adalah salah satu duta anak Dampingan SID dari desa Makamenggit, kecamatan Nggaha Ori Angu, Kabupaten Sumba Timur. Remaja putri berusia 18 ini akrab disapa “Dhevi”, saat ini menjabat sebagai bendahara karang taruna desa Makamenggit,  sekaligus fasilitator pendamping kegiatan orang muda di desanya. Ketrampilan dan kepercayaan dirinya terasah setelah beberapa kali mengikuti pelatihan yang diselenggarakan oleh SID, antara lain pelatihan kesiapan kerja, wirausaha, advokasi perencanaan dan penganggaran desa, kepemimpinan dan lain-lain. Dalam berapa kesempatan tampil di depan forum diskusi publik, Devi terlihat sangat percaya diri dan bersemangat menyampaikan pandangannya terkait perlindungan anak, partisipasi orang muda dan isu lainnya yang berhubungan dengan hak-hak anak. Ia juga merupakan salah satu anak muda penggerak di desanya yang  memiliki keinginan kuat untuk mendorong  keberpihakan pembangunan desa pada anak dan orang muda. Untuk perencanaan dan penganggaran desa tahun 2022, Devi dan teman-temannya mengusulkan dua program mereka kepada pemerintah desa Makamenggit yaitu pertanian holtikultura dan penguatan kapasitas orang muda untuk mencegah kekerasan pada anak dan perempuan. Dua program tersebut saat ini sudah dibahas hingga tahap musrenbang desa. “Saya sendiri yang mewakili karang taruna mengikuti kegiatan musrenbangdes. Kami usulkan dua program, pertanian holtikultura dan sosialisasi tentang penghapusan kekerasan terhadap perempuan dan anak bagi anak muda.” Demikian kata Devi. Besar harapan mereka melalui program ini nantinya mereka dapat memanfaatkan potensi anak muda di desanya untuk mengembangkan wirausaha pertanian serta membantu Kelompok perlindungan Anak yang ada di desanya untuk menciptakan desa yang ramah terhadap anak dan perempuan. Untuk memberikan contoh kepada teman-temannya, menurut Devi saat ini ia sedang mempersiapkan diri membuka usaha  dibidang kulinary. Pengetahuan yang telah ia dapatkan melalui pelatihan wirausaha yang sudah dua kali ia ikuti akan ia praktikkan dalam menjalankan bisnis rumahan tersbut. Dengan senyum khasnya Devi menceritakan bahwa ia dan teman-teman karang taruna sedang melakukan proses persiapan pembukaan satu unit usaha pangkas rambut milik karang taruna yang didukung oleh SID, mitra ChildFund di Indonesia.

Dhevi, Semangat Anak Muda Untuk Membangun Desa Read More »

Berbagi Peran dalam Mengasuh anak

Eni Ipa Hoy adalah seorang ibu muda yang baru berusia 23 tahun merupakan orang tua yang memiliki dua orang anak usia dini yaitu Jelen Tamu Ina, perempuan berusia  4 tahun  dan Eltin Hada Indah juga anak perempuan berusia  dua tahun. Saat ini, Jelen sedang mengikuti kegiatan pendidikan anak usia dini di lembaga PAUD Karunggu,  Desa Pahomba, kecamatan Nggaha Oriangu. Dalam usia yang sangat muda, Rambu Eni demikian ia biasa disapa menuturkan bahwa memiliki dua orang balita cukup merepotkannya.  Setiap hari ia harus mengurus kedua anaknya tanpa ada yang membantunya dalam menyelesaikan pekerjaan rumah tangga.  Namun demikian walau disibukan dengan urusan rumah tangga, ia tetap meluangkan waktu untuk mengikuti kegiatan pengasuhan responsif dan Kelompok bermain keluarga yang di selenggarakan di Lembaga PAUD. Menurutnya pengetahuan tentang pengasuhan sangat bermanfaat baginya untuk mengasuh anaknya dengan benar dan tepat.  Semuanya dapat ia lakukan dengan sabar dan penuh kasih sayang.  Ia pun secara perlahan mulai mencoba mengajak suaminya agar mau berbagi peran dalam mengurus rumah tangganya terutama dalam mengasuh kedua anaknya yang masih kecil.  Awalnya suaminya merasa keberatan untuk melakukan pekerjaan rumah tangga seperti memasak dan mencuci. Namun setelah ia mengikuti sesi pengasuhan terutama dalam sesi pernikahan dan pembagian  peran orangtua  dalam keluarga, memampukannya mempengaruhi suaminya sehingga saat ini pola pikir suaminya berubah. Suaminya sudah ikut mengurusi anak-anak apabila dia ke kebun, termasuk memasak dan mengerjakan hal-hal yang dapat dikerjakan.  Rambu Eni juga mengungkapkan saat ini ia tidak lagi mengurus sendiri kedua anaknya. Rambu Eny menuturkan bahwa perubahan yang paling ia rasakan setelah mengikuti sesi sesi pengasuhan yaitu pola asuh anak yang selama ini ia abaikan. Pengetahuan yang diperoleh  telah menyadarkannya bahwa mengasuh harus dilakukan secara baik dan benar. Mengasuh anak harus dengan penuh perhatian,  kasih sayang dan sabar tanpa kekerasan.  Perhatian sebagai orang tua untuk mendukung  tumbuh kembang terutama pemenuhan Gizi dan Stimulasi menjadi hal yang utama bagi dirinya. Ketika ditanya tentang perkembangan anaknya setelah megikuti kegiatan PAUD, Rambu Eni spontan menjelaskan bahwa anaknya Jelen rajin mengikuti kegiatan PAUD dan Kelompok bermain keluarga.  Sebelum  mengikuti PAUD dan KBK Jelen termasuk anak yang sangat  pemalu,  tidak berani berbaur bersama teman sebanyanya.  Namun setelah mengikuti PAUD dan KBK ia menjadi berani, senang bermain bersama teman-temannnya sabanyanya. “Saat ini ia sudah percaya diri,  berani tampil, dapat  mengenal warna,  huruf dan angka ,   tidak malu malu untuk tampil di depan kelas.”  Ungkapnya dengan anda gembira. Di akhir ceritera ia menyampaikan ucapan terimakasih kepada fasilitator dan pendidik PAUD  yang selama ini memberikan banyak pengetahuan tentang mengasuh anak, dan membimbing anaknya sehingga anaknya boleh tumbuh dan berkembang secara optimal. Ia juga mengucapkan terimakasih kepada SID dan ChildFund yang telah mendukung program pengasuhan dan PAUD di desanya sehingga mereka memperoleh pengetahuan yang baik dan anak-anak mereka tepenuhi haknya untuk betumbuh dan berkembang.  

Berbagi Peran dalam Mengasuh anak Read More »

Akte Kelahiran dan KIA Dalam Program 100 hari Kerja Pertama Kepala Desa Makamenggit

Namanya Elia Ndamu Yilu, SE. Pria berusia 42 tahun adalah seorang Kepala desa yang baru terpilih untuk memimpin desa Makameggit, kecamatan Nggaha Ori angu, Kabupaten Sumba Timur. Menurutnya ia dan beberapa teman kepala desa terpilih lainnya baru saja dilantik pada tanggal 22 Januari 2021 oleh  Bupati Sumba Timur. Kepala desa ini merupakan ayah dari 4 orang anak yang biasa disapa oleh masyarakat setempat dengan sebutan “bapa Misel”, karena anak sulungnya bernama Misel. Disela-sela kegiatan sosialisasi pembuatan Akta kelahiran dan KIA yang diikuti oleh 78 perwakilan pemerintah Kecamatan Nggaha Ori Angu dan  perwakilan dari 12 desa, Kepala Desa terpilih ini mengatakan bahwa, ia secara pribadi merasa bersyukur dengan adanya kegiatan tersebut. Karena akhirnya ia dan seluruh peserta yang hadir dapat mengetahui bagaimana proses pengajuan dan pembuatan dokumen kependudukan bagi anak-anak dan masyarakat. Dengan raut wajah gembira ia berkata, “saya bersyukur mendapatkan sosialisasi terkait cara pembuatan Akta kelahiran dan KIA, karena saya baru saja dilantik sebagai kepala desa Makamenggit. Pegetahuan serta pengalaman saya dalam mengurus akta kelahiran dan KIA masih sangat minim. Dengan saya ikut dalam kegiatan sosialisasi ini, saya dapat memahami proses pemberian Akta Kelahiran dan KIA bagi anak-anak. Apalagi narasumbernya langsung dari Disdukcapil sehingga informasi yang disampaikan sangat jelas.” Ia juga mengatakan bahwa sebagai kepala desa terpilih, salah satu  program kerja yang akan dilakukan dalam 100 hari pertama  adalah pemberian Akta Kelahiran dan KIA bagi 403 anak di desa Makamenggit yang belum memiliki akta kelahiran dan KIA. Ia mengatakan bahwa pemerintah desa dibawah kepemimpinannya sangat optimis target tersebut dapat tercapai dengan adanya kerjasama lintas Stakeholder terkait seperti kader Posyandu, Fasilitator pengasuhan responsif, Pendidik PAUD, dan sekolah-sekolah yang ada di Desa Makamenggit. Sehingga proses pembuatan Akta Kelahiran dan KIA dapat dilakukan tidak hanya melalui kantor desa tetapi juga dapat melalui Posyandu, PAUD, dan Sekolah.

Akte Kelahiran dan KIA Dalam Program 100 hari Kerja Pertama Kepala Desa Makamenggit Read More »