Sumba Integrated Development

August 6, 2022

Kelompok Wirausaha Karang Taruna Desa Belajar Strategi Pemasaran Usaha

SID menyelenggarakan pelatihan Wirausaha lanjutan bagi 25 anggota Karang Taruna dari enam Desa dampingan di Sumba Timur. Selama dua hari mereka belajar tentang strategi pemasaran (Product, Price, Promotion & Place), pembukuan usaha, dan perizinan usaha. Kegiatan pelatihan tersebut berlangsung di desa Praihaboli, kecamatan Nggaha Ori Angu, dirancang khusus untuk memperkuat kelompok usaha orang muda yang sementara berjalan dan baru akan mulai dirintis. SID sementara melakukan program Advokasi kepada pemerintah desa agar memberikan ruang yang lebih luas kepada anak muda. Sebagaimana telah diamanatkan dalam UU Desa untuk terlibat dalam proses perencanaan dan penganggaran desa, pelaksanaan dan pemantauan. Capacity building diberikan juga kepada anak muda di desa-desa agar mereka mau dan mampu untuk berkarya di desa, mengakses potensi desa dan menciptakan lapangan kerja bagi diri sendiri maupun orang lain. Para peserta sangat antusias mengikuti pelatihan yang dikemas secara efektif sesuai dengan kebutuhan dan jenis usaha yang sedang dan akan dikembangkan. Program ini didukung oleh ChilFund International di Indonesia.

Kelompok Wirausaha Karang Taruna Desa Belajar Strategi Pemasaran Usaha Read More »

Pelatihan Kurikulum 2013 PAUDHI Bagi Guru PAUD

SID memfasilitasi pelatihan Kurikulum 2013 PAUDHI bagi 27 perwakilan Guru PAUD dari 13 Desa di Kabupaten Sumba Barat Daya. Pelatihan tersebut dipandu oleh empat orang Anggota Gugus Tugas PAUDHI “Mata Rammu” dari unsur Staff Dinas Pendidikan yang sebelumnya telah mengikuti Training of Trainer (TOT) yang juga diselenggarakan oleh SID. Tujuan dari pelatihan ini adalah untuk membangun kapasitas para guru PAUD agar mampu menerapkan proses pembalajaran di PAUD sesuai dengan standart Kurikulum 2013 yang terintegrasi. Hal ini sebagai bagian dari upaya memperkuat program Pengembangan anak Usia Dini Holistik Integratif (PAUDHI) yang sementara digencarkan oleh Pemerintah Daerah melalui Gugus Tugas PAUDHI “Mata Rammu” SBD. Pelatihan Kurikulum 2013 tersebut dibuka oleh Kepala Dinas Pendidikan kabupaten Sumba Barat Daya. Dalam sambutannya saat membuka kegiatan pelatihan, ia mengatakan bahwa 28 PAUD yg menjadi model PAUDHI untuk kabupaten SBD diharapkan akan menjadi pusat belajar bagi PAUD lainnya, sehingga PAUDHI tidak hanya ada di 13 desa tetapi juga akan dikembangkan di desa-desa lainnya agar tercapai salah satu tujuan dari program Pemerintah Daerah “Tujuh jembatan emas” yaitu desa pintar. Kegiatan pelatihan ini sendiri terselenggara atas kerjasama SID dengan WLF dan yayasan Adaro Bangun Negeri. Generasi Emas SBD harus dibentuk sejak usia dini, karena pada usia itulah pondasi SDM dipersiapkan dan dikokohkan.

Pelatihan Kurikulum 2013 PAUDHI Bagi Guru PAUD Read More »

Putra, Karang Taruna Bukan Hanya Nama

Orang muda yang satu ini adalah pria yang ceria dan humoris. Perawakannnya tidak terlalu tinggi dan sangat aktif dalam kesehariannnya. Dia biasa di sapa Putra atau ada juga yang memanggilnya dengan sebutan Abdi. Ia memiliki nama lengkap Abdiyanto Putra Radjah. Dulunya ia merupakan salah satu duta anak dampingan SID mitra Childfund Internasional, dari Desa Matawai Atu. Putra sangat ramah kepada siapa saja, tanpa memandang latar belakang dan perbedaan setiap orang yang dijumpainya. Dia selalu lebih dahulu berinisiatif untuk menyapa dengan senyuman khasnya. Putra merupakan anak pertama dari empat bersaudara. Orang tuanya bekerja sebagai petani yang memiliki pemikiran maju yang berusah berusaha untuk menyekolahkan Putra di perguruan tinggi yang ada di kota Kupang. Selepas kuliah dan memperoleh gelar sarjana, Putra kembali ke Desanya, Matawai Atu dan aktif dalam kelompok pemuda gereja dan kelompok kategorial yang ada di Desa termasuk forum orang muda dampingan Childfund. Karena keaktifannya tersebut, ia terpilih untuk bergabung dalam pemerintahan Desa sebagai Kepala Urusan (KAUR), dan tugas tersebut telah diemban Putra selama dua periode dengan Kepala Desa yang berbeda. Dalam kesehariannya, anak muda bersahaja ini memiliki karisma kepemimpinan yang baik, sehingga orang muda Desa Matawai Atu mempercayakannya untuk memimpin Karang Taruna Desa Matawai Atu. Sejak kepemimpinannya telah beberapa terobosan yang dilakukannya berssama Karang taruna Desa, antara lain penanaman anakan mengrove di sepanjang pesisir pantai Desa Matawai Atu, melibatkan orang muda dalam pembersihan tempat-tempat umum di Desa, termasuk menjadi tim relawan bencana Desa. Putra juga terlibat dalam beberapa kegiatan capacity building yang diselenggarakan oleh SID, antara lain Pelatihan Kepemimpinan, diseminasi dan pembentukan Tim Relawan Bencana Desa. Management organisasi, dan beberapa pelatihan lainnya. Putra mengatakan bahwa semua keberhasilan dan kesuksesannya tidak terlepas dari pendampingan yang dilakukan SID dan Childfund kepada dia dan keluarganya sejak dia masih kecil. Ingatannya tentang awal mula SID masuk dan mendampingi Desa Matawai Atu sangat kuat. Dia masih bisa mengingat dengan jelas saat ia didaftarkan menjadi anak dampingan SID. Saat itu dia masih berumur di bawah 5 tahun. Menurutnya waktu itu belum ada kegiatan PAUD di desanya, sehingga mereka hanya bermain di rumah saja. Dan baru pada saat SID masuk di desanya, dibentuklah kegiatan PAUD sehingga mereka dapat bersekolah di PAUD. “Waktu itu tidak ada PAUD di desa kami. Dan waktu SID masuk, baru ada PAUD, Itu pun belum semua orang tua mau mendukung anaknya berkegiatan di PAUD.” Ucapnya. Masih dengan sangat lancar, Putra melanjutkan cerita. Menurutnya, ada juga kegiatan posyandu didukung oleh SID dengan memberikan makanan tambahan untuk meningkatkan gisi anak balita. program sanitasi lingkungan yang bertujuan untuk menciptakan lingkungan keluarga yang sehat. termasuk pendampingan dari tenaga medis yang kerja sama dengan SID atau saat itu masih disebut Temu Kasih atau CCF. Di bidang pendidikan, ada bantuan alat tulis, pakaian seragam sekolah dan perlengkapan lainnnya. Dan yang sampai sekarang masih ia rasakan adalah program pembuatan rumah sehat yang diperoleh keluarga mereka dari SID. Saat ini rumah tersebut telah diberikan atau diwariskan orang tuanya dan menjadi hak milik dari Putra. Sebagai Ketua Karang Taruna Desa Matawai Atu, Putra memiliki cukup banyak ide program yang dirancang bersama orang muda lainnya. Pengurusnya cukup banyak, dan mayoritas merupakan orang muda potensial yang mau melibatkan diri secara sukarela dalam organisasi ini. Menurut Putra, semua itu terjadi karena pola pendekatan humanis yang ia lakukan terhadap orang muda di desanya, untuk membangun kesadaran mereka akan pentingnya peran orang muda dalam pembangunan desa. Sehingga Karang Taruna yang selama ini hanya hanya “nama” saja dalam Desa mereka, telah berubah menjadi sebuah kelompok orang muda yang memiliki peran penting dan diakui keberadaannya oleh Pemerintah maupun masyarakat Desa. Stigma karang taruna hanya sebagai pelengkap dalam struktur pemerintah desa, telah terbantahkan. “Terima kasih kepada SID dan ChildFund yang telah membantu desa Matawai Atu, khususnya membantu orang muda di desa Matawai Atu, sehingga kami memiliki kesempatan untuk mengembangkan diri dan mampu berbuat untuk kemajuan desa kami.” Demikian kata Putra menutup ceritanya.

Putra, Karang Taruna Bukan Hanya Nama Read More »

Darius, Pemuda pemerhati anak

Akhir pekan ini SID ingin memperkenalkan seorang cowok hebat bernama Darius berasal dari desa Pambota Njara, Sumba Timur. Pemilik nama lengkap Darius Sani Hadambiwa ini adalah salah satu pendamping kegiatan Rumah Kreatif Anak Sabana (RKAS) dan juga Forum Orang Muda di desanya. Ia termasuk anak muda yang sangat aktif dalam beberapa kegiatan organisasi, sebut saja selain menjadi pendamping RKAS dan FOM ia juga terlibat dalam komunitas Gubuk Belajar Sumba, PIK.R dan GenRe. “Jangan biarkan apa yang tidak dapat kamu lakukan mengganggu apa yang dapat kamu lakukan, itu moto hidup saya”, kata Darius. Menurutnya dengan bergabung dan aktif di berbagai kegiatan organisasi tersebut sangat bermanfaat untuk menggali dan mengasah bakat dan minatnya di berbagai bidang. Demikian juga yang dirasakan oleh teman-temannya, mereka dapat berbagi pengalaman dan ketrampilan saat bertemu dan berdiskusi atau melakukan kegiatan kemasyarakatan lainnya. Sambil tersenyum Darius mengatakan, “salah satu contoh, dengan adanya RKAS ini sangat membantu anak-anak mengasah dan mengembangkan kemampuan mereka. Banyak hal yang bisa mereka pelajari yang mungkin tidak mereka dapatkan di rumah atau di sekolah mereka”. Untuk menjalankan aktifitas RKAS Darius dan pendamping lainnya diperlengkapi dengan modul Pendidikan Kecakapan Hidup dan Literasi Keuangan (PKHLK) yang memuat panduan lengkap untuk mengeksplorasi kemampuan anak-anak dalam bentuk tema-tema menarik dan mudah untuk diimplementasikan. Minggu ini Darius mendampingi anak-anak di RKAS belajar bersama tema Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS). Ia memiliki cita-cita untuk melanjutkan kuliah setelah beberapa waktu lalu sukses meyelesaikan pendidikannya di SMA. Dengan penuh semangat ia katakan, “mencoba hal baru adalah cara saya untuk mengenal lebih luas dan mempelajari apa yang belum pernah saya pelajari”. Pemberdayaan anak dan orang muda di daerah pedesaan Sumba adalah program kemitraan SID dengan ChilFund.

Darius, Pemuda pemerhati anak Read More »

“Waktu” Adalah Pemberian Terbaik Orang Tua Untuk Anak

“Program pengasuhan responsif itu penting karena menjadi dasar pembentukan perilaku dan Karakter anak”. Demikanlah kalimat pertama yang diucapkan oleh ibu Valesia Ina Ki’i ketika ditanya tentang pendapatnya terhadap kegiatan pengasuhan responsif. Valesia adalah seorang wanita berusia 38 tahun yang merupakan ibu dari dua orang anak. Ia tinggal di desa Waimangura, kecamatan Wewewa Barat, Kabupaten Sumba Barat Daya. Salah satu peserta program pengasuhan responsif di PAUD Bunga Kasih, dampingan SID ini telah merasakan manfaat kegiatan pengasuhan yang ia ikuti. Masih sangat jelas dalam ingatannya bahwa pada tahun 2017 adalah pertama kali ia mengikuti sosialisasi tentang pentingnya pengasuhan bagi anak. Kegiatan tersebut diadakan di PAUD Bunga Kasih yang terletak tidak jauh dari rumah tempat tinggalnya. Pada saat itulah ia mulai tertarik untuk bergabung dalam kelompok pengasuhan responsif yang ada di desanya. “Saya menyesal, selama ini saya mendidik anak saya dengan kekerasan, membiarkan anak saya bermain sendiri tanpa kami dampingi, dan juga tidak pernah menerapkan disiplin yang tepat pada anak saya“. kata ibu Valecia. Sebelum mengikuti program pengasuhan responsif, ibu Valesia hampir tidak pernah bermain bersama anaknya. Waktu itu ia beranggapan bahwa bermain bersama anak dianggap lucu atau bahkan kuatir oleh masyarakat sekitar ia akan dianggap seperti anak kecil. Sambil tersenyum Ibu Valensia menuturkan bahwa selama mengikuti kegiatan kelompok pengasuhan responsif secara rutin banyak hal yang ia dapatkan, misalnya bagaimana mendisipilinkan anak usia dini, Pendidikan seks anak usia dini, tentang perlindungan anak, Gizi anak usia dini dengan memanfaatkan pangan local. Ia juga mendapatkan pengetahuan tentang ciri-ciri anak usia dini dan yang paling menyenangkan adalah kegiatan bermain bersama anak. Kegiatan menstimulasi anak yang diperoleh melalui kelompok pengasuhan responsif kemudian ia terapkan di rumahnya dengan mengambil waktu empat kali dalam seminggu untuk bermain bersama anaknya, sekitar 30 menit. Ia menemani anaknya menggambar, menghitung dengan biji-bijian, mengisi kolase, bermain kartu domino, bermain tebak gambar, huruf, angka dan berceritera. Ibu Valensia juga menjelaskan bahwa melalui program pengasuhan responsif ia belajar tentang pengasuhan anak sejak dini secara baik. Ia mengatakan bahwa hal-hal yang benar perlu ditanamkan kepada anak sejak usia dini sehingga dapat membentuk perilaku dan karakter mereka. Menurutnya sejak mengikuti kegiatan kelompok pengasuhan responsif yang dilakukan dua kali dalam sebulan, banyak perubahan terjadi dalam diri dan keluarganya. Salah satu contoh, sekarang ia tidak lagi mendidik anak-anaknya dengan kekerasan tetapi dengan penuh kasih sayang. Ia sudah terbiasa menyediakan waktu bermain bersama anaknya dan memperhatikan kebutuhan gizi anaknya. Menurutnya waktu bersama anak adalah hal yang menyenangkan untuk dirinya dan juga untuk anaknya. Sambil tersenyum ibu Valesia mengatakan, ”Saya sangat beruntung dapat terlibat dalam program pengasuhan responsif sehingga banyak pengetahuan yang saya dapatkan. Sekarang ini saya bisa mendidik dan membimbing anak saya tidak dengan kekerasan, tapi dilakukan dengan penuh kasih sayang. Karena mendidik anak dengan kasih sayang, anak menjadi baik, penurut, dan pintar.” Ibu Valesia mengucapkan terimakasih kepada para fasilitator yang sudah membimbing ia dan teman-teman orang tua lainnya. Ia berterima kasih juga kepada SID yang sudah mengembangkan program ini sehingga memberi pengetahuan dan ketrampilan yang luar biasa bagi dirinya dalam mendidik dan mengasuh anak. Melalui SID, ChildFund International in Indonesia memberikan pendampingan kepada kurang lebih 1000 orang tua anak usia dini untuk belajar tentang tehnik pengasuhan. Kegiatan yang dilaksanakan dalam kelompok tersebut difasilitasi oleh fasilitator terlatih, menggunakan modul yang telah disesuaikan dengan kebutuhan serta kearifan lokal masyarakat setempat. Program kelompok pengasuhan responsif ini tersebar di wilayah kabupaten Sumba Timur dan Sumba Barat Daya.

“Waktu” Adalah Pemberian Terbaik Orang Tua Untuk Anak Read More »

Yuk, Asuh Anak Dengan Benar!

“Waktu belum ikut pelatihan ini, kita, kader buat seperti biasa saja, apalagi tentang pola asuh kami tidak tahu memang.” Demikian ungkapan mama Margareta Bela Kaba, kader Posyandu Lolo laghe, desa Weerena, Sumba Barat Daya. Pemenuhan kebutuhan pengasuhan yang baik sebagai salah satu layanan esensial bagi anak usia dini di kabupaten SBD memang masih menjadi sebuah tantangan bagi pemerintah daerah setempat. Permasalahan balita stunting yang cukup tinggi di SBD merupakan akibat dari belum terpenuhinya layanan esensial secara optimal termasuk pengasuhan yang baik. Menyikapi situasi ini, SID kemudian telah mengembangkan modul pengasuhan, sekaligus melatih fasilitator lokal yang merupakan anggota Gugus Tugas PAUD HI Kabupaten. Fasilitator kabupaten adalah perwakilan dari instansi terkait, seperti dinas kesehatan, pendidikan, DP3AP2KB dan beberapa instansi lainnya. Para fasilitator terlatih ini kemudian yang memfasilitasi pelatihan terapan di tingkat kecamatan. Pelaksanaan pelatihan terapan pengasuhan ini diikuti oleh perwakilan dari Bidan desa, kader Posyandu, kader BKB, dan juga tutor PAUD yang berasal dari 13 desa dampingan SID di Sumba Barat Daya. Selama 4 hari, peserta dipandu untuk belajar tentang posisi pengasuhan dalam program PAUD HI dan pengertian pengasuhan. Tidak hanya itu, peserta juga belajar memahami komponen dan manfaat pengasuhan, orang tua sebagai pembelajar dalam pengasuhan, peran diri dalam keluarga, termasuk faktor yg mempengaruhi pengasuhan. Terdapat sesi menarik tentang mengenali kebutuhan anak, seperti, aspek pengelompokan usia dan tahapan tumbuh kembang anak 0-6 tahun. Mereka juga belajar tentang pengenalan anak berkebutuhan khusus, perlindungan dan kesejahteraan AUD, konsep tumbuh kembang, ciri-ciri dan prinsip tumbuh kembang. Hal menarik lainnya yang juga dipelajari oleh para peserta adalah bagaimana membangun tujuan berdasarkan kebutuhan anak dan orang tua, Praktik Pengasuhan di rumah, membangun hubungan dan komunikasi efektif, kesehatan, perawatan dan gizi di rumah, kebersihan lingkungan, termasuk stimulasi AUD di rumah. Pada hari terakhir, peserta dibimbing untuk terampil mengelola sesi pengasuhan bagi orang tua di pusat layanan AUD melalui kegiatan simulasi. Mama Margareta ketika berbagi kesan dan pesan, ia mengatakan, “Sekarang ini baru kami paham, ternyata pengasuhan sangat penting, baik di rumah, di posyandu atau di PAUD. Kita punya anak jadi apa nantinya sangat tergantung dari cara kita mengasuh sejak dini. Kami senang dan berterimakasih karena bisa ikut pelatihan ini. Nanti sampai di desa, harus kami terapkan supaya semua orang tua yang antar anaknya ke posyandu dan PAUD harus ikut penyuluhan ini.” SID bekerjasama dengan William dan Lily Foundation, serta yayasan ADARO Bangun Negeri, sementara mendukung pemerintah daerah kabupaten SBD melalui program Revitalisasi PAUD HI. Program ini bertujuan untuk meningkatkan kualitas serta akses ke layanan esensial bagi anak usia dini secara terintegrasi. Terdapat 3 kecamatan dan 13 desa yang menjadi wilayah percontohan pengembangan anak usia dini holistik integratif di kabupaten Sumba Barat Daya.

Yuk, Asuh Anak Dengan Benar! Read More »

241 Anak Usia Dini Menerima Akta Kelahiran

Kepala Desa Pogo Tena, Kabupaten SBD menyerahkan akta kelahiran kepada 241 anak usia dini di desanya yang diproses secara kolektif. Pembuatan akta kelahiran ini difasilitasi oleh SID bekerjasama dengan Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Sumba Barat Daya dan Pemerintah Desa. Menurut Dewy, staff SID bidang Pendidikan Anak Usia Dini, proses pembuatan Akta ini dilakukan melalui Lembaga PAUD dan Posyandu. Terdapat 13 Desa dampingan SID yang akan difasilitasi untuk pemberian Akta Kelahiran kepada seluruh anak usia dini. “Kami membantu mensosialisasikan tentang pentingnya akta kelahiran, dan membantu mengumpulkan dokumen pendukung seperti foto copy KK, surat rekomendasi dari desa, SPTJM, dan surat lainnya yang diperlukan. Target kami 100% anak usia dini di 13 Desa dampingan memiliki akta kelahiran.” Kata Dewy dengan penuh semangat. Melalui program Revitalisasi PAUD HI, SID mendukung Pemerintah Kabupaten SBD melakukan percepatan cakupan kepemilikan akta catatan sipil termasuk akta kelahiran bagi seluruh anak di SBD. Kepala desa Pogo Tena mengatakan, dengan adanya proses pembuatan akta secara masal ini telah meningkatkan antusias warga untuk mengurus akta kelahiran. “Sekarang sudah ada seratusan anak lagi yang meminta untuk diterbitkan akte lelahirannya”. Ucap bapak Kepala Desa sambil tersenyum bangga.” Pemberian akta kelahiran merupakan salah satu komponen dari layanan PAUD HI yang sementara dikerjakan oleh Gugus Tugas PAUD HI Mata Rammu, Kabupaten SBD. Program ini dikembangkan oleh SID dan didukung oleh William dan Lily Foundation, serta Yayasan Adaro Bangun Negeri.

241 Anak Usia Dini Menerima Akta Kelahiran Read More »

Asa di Tanah Gersang

Di desa Makamenggit, Sumba Timur, Air merupakan salah satu kebutuhan hidup yang masih cukup sulit dipenuhi. Untuk keperluan sehari-hari terutama pada saat musim kemarau, sebahagian besar warga di sana biasanya harus membeli air pada pengusaha jasa mobil tangky air. Tidak heran jika untuk kebutuhan sehari-hari saja sulit terpenuhi, apalagi untuk keperluan bercocok tanam. Rata-rata para petani di daerah tersebut hanya dapat bercocok tanam pada musim penghujan. Tetapi tidak demikian halnya dengan Desmon. Seorang anak muda yang juga adalah ketua karang taruna desa Makamenggit. Pada musim panas tahun ini ia telah berhasil mengelola lahan perkebunannya untuk ditanami dengan tanaman hortikultura, seperti tomat, buncis dan ketimun. Untuk kebutuhan penyiraman, ia pun harus membeli air tangky seminggu sekali atau dua kali. Desmon menyiasati keterbatasan tersebut dengan cara mengunakan pola irigasi tetes untuk mengairi sekitar 5.000 pohon tomat serta 2.000 pohon ketimun dan buncis. “Saya targetkan bisa panen perdana tomat minimal 6.000 Kg dari 3000 pohon yang saya tanam tahap pertama. Dari hasil panen ini saya perkirakan bisa mendapatkan omzet sekitar 50 juta dengan masa pemeliharaan 4-5 bulan”. Tutur Desmon sambil tersenyum lebar. Menurutnya, saat ini ia banyak menghabiskan waktu untuk mengurus kebunnya. Kalau dulu ia banyak menghabiskan waktu untuk jalan-jalan, sekarang ini ia lebih senang berada di kebun, untuk memperhatikan dan merawat tanamannya. Tentang program ini Melalui SID, ChildFund International in Indonesia mendukung orang muda di desa-desa untuk berwirausaha melalui serangkaian kegiatan capacity building. Mulai dari pemetaan potensi desa, membangun visi, membuat rencana operasional, hingga strategy marketing. Selama setahun terakhir, sedikitnya 120 orang muda yang merupakan anggota karang taruna desa telah dilatih terkait kewirausahaan.

Asa di Tanah Gersang Read More »